RSS

Mulai Detik ini, Saya Berhenti Menulis


Sulit memang mengambil keputusan kali ini. Tapi apa mau dikata, mau tidak mau saya harus melakukannya.

Mulanya saya pede, untuk tetap menjalankan keduanya. Tapi setelah dijalani, ternyata keputusan inilah yg saya ambil. Saya harus mengikuti jejak pendahulu saya, juragan Dhimaz Kasep dan Bang Iwan. Yupz mereka juga meliburkan blognya dulu sampai TA-nya beres.

Mohon doa kepada semua, agar sy bisa lulus khusnul khatimah. bagi yang kangen, pake telepati aja.. xixi
doakan ya.!! See U next Tm.

Untuk Langit dan Bumiku



Langitku/Bumiku Sayang...
Bunda tak sabar ingin bertemu denganmu, saat ini Bunda sedang sibuk memantaskan diri menjadi ibu yang dapat kau banggakan. Bunda yakin, ayahmu juga sama, ia pasti sedang sibuk memantaskan diri untuk menjadi ayah yang dapat kau banggakan. Bunda masih sedang banyak belajar, agar kau takjub menatap dunia ini. Bunda sedang belajar agar kau tak kecewa dengan madrasah pertamamu ini.

Langitku/Bumiku..
Bunda sangat ingin menyegerakan kehadiranmu. Oleh sebab itu, akhir-akhir ini Bunda berjuang untuk menjalani pola hidup sehat. Bunda masih suka makan mie instan, padahal Bunda tahu bahwa itu akan mengurangi kenyamananmu di dalam rahim. Bunda pun masih sering minum kopi, walau sekarang sudah dikurangi. Doakan Bunda, agar istiqamah menjalaninya. Agar kau makin cepat hadir ke pelukan Bunda.

Langitku/Bumiku…
Perempuankah atau laki-lakikah kau? Ah.. tak masalah bagi Bunda, nama itu akan ada di namamu. Sukakah kau dengan nama itu? "Langitku/Bumiku" Maaf, nama belakangmu nanti akan dipilihkan oleh ayahmu. Bunda yakin, ayahmu sudah menyiapkan nama terbaik untukmu.

Bukan memaksa, tapi Bunda suka dengan panggilan “Bunda”. Relakah kau memanggilku dengan panggilan itu? Panggilan itu akan melegakan hatimu, membuatmu merasa aman, dan membuatmu merasa dekat denganku. Panggilan itu adalah passwordmu untuk segala kebaikan di dunia ini, sebelum kau dapat melakukan semuanya sendiri.

Bunda suka menulis. Bunda ingin, nanti, setelah melahirkanmu, Bunda dapat menyelesaikan sebuah buku yang menceritakan kebersamaan kita selama sembilan bulan. Agar kau mengerti betapa aku dan ayahmu mencintaimu. Agar kau tak kehilangan memori detik-detikmu ketika sembilan bulan bersama kami. Agar kau tahu, betapa indah penantian ini kami lalui.

Langitku/Bumiku..
Jika nanti kau tak sempat melihatku, tanyakanlah kepada ayah tentang diriku. Ayah pasti punya banyak cerita tentang cintaku kepadamu, Nak. Jika kau tak sempat melihat Ayahmu nanti, yakinlah ia sangat mencintaimu. Bunda yakin tulisan ini belum dapat memenuhi keingintahuanmu tentangku. Namun, yakinlah tulisan ini Bunda buat dengan penuh harapan dan husnudzan kepada Allah Swt.

Langitku/Bumiku..
Sungguh masih banyak yang ingin kuceritakan kepadamu. Namun, tak semua dapat kuceritakan dalam tulisan ini.


***Setelah membaca lembaran "Langit cantik" dan rasa rindu yang menggebu pada "Mamah" nun jauh disana.

Suatu Hari, Untuk Seseorang

Kuperkenalkan dirimu pada Ibuku
Agar dirimu lebih mengenal siapa aku
Kuperkenalkan dirimu kepada wanita
Yang telah menjadikanku seperti ini

Aku ingin dirimu belajar darinya
Bagaimana nanti dirimu merawatku
Bagaimana nanti dirimu mencintaiku
Bagaimana nanti dirimu memahamiku

Kuperkenalkan dirimu pada ibuku
Agar dirimu mengetahui masa laluku
Kuperkenalkan dirimu kepada wanita
Yang telah mendidikku hingga dewasa

Aku Ingin dirimu bertanya padanya
Apa inginku ketika aku marah
Apa mauku ketika aku gelisah
Apa harapku jika aku putus asa

Dia ibuku yang telah merawatku dua dekade ini
Dan dirimulah yang akan merawatku di sisa dekade hidupku.

Nyontek,, tapi dimodifikasi hehe

Mamah...


Semenjak lebaran kemarin belum bisa ketemu beliau lagi. Salahku, awal oktober kemarin salah lihat tanggal. Jadinya ngak bisa ketemu beliau deh. Hp-pun ikutan kompak ngak bisa dihubungi.

Mamah, wanita paling baik di dunia ini. Tak pernah sekalipun ia memarahiku, mencubitku atau bahkan memukulku. Seingatku sampai saat ini, walau aku berbuat kesalahan besar sekalipun, beliau selalu merentangkan kedua tangannya untuk memelukku.

Mamah, wanita paling tangguh di dunia ini. Tak pernah kulihat ia menangis di depanku, kecuali saat beliau sedang berdoa sesudah shalat. Yang selalu ingin kulakukan saat bertemu dengannya adalah bisa tertidur disisinya. Melihat punggungnya ketika beliau tertidur adalah suatu kebahagiaan yang tak bisa kuungkap dengan kata.

Mamah, wanita yang selalu mendampingiku disaat-saat tersulit. Disaat dunia ini rasanya berakhir bagiku, beliau setia mendampingi dan membesarkan hatiku. Sewaktu diriku sakit, beliau orang yang terlihat paling tegar menerima semuanya.

Di usia senjanya kini, walau sudah dua tahun ini berjuang dengan radang usus akut dan badannya yang nampak kurus, senyumnya tak pernah pudar. selalu menenangkan. tak akan pernah habis tinta ini untuk menuliskan semua kebaikannya.

Akh... akankah aku bisa menjadi ibu sebaik dirinya??
Mamah Adek kangen...

Perayaan Yang tak Akan Pernah Terlupakan


Karena semuanya sibuk, akhirnya baru keesokan harinya semua personil minta ditraktir. Di sore yang agak sedikit mendung, setelah pada nyalon dulu (maklum ibu-ibu). Akhirnya semua sepakat pengen nyoba aneka sushi. Tempatnya di sekitar kawasan elite Buah Batu hehe.

Karena Icha belum nyoba ramen, dia pesennya beda sendiri. Sedangkan, Neng Yanti, T2 and Me sepakat semua pesen sushi dengan toping yang berbeda. Dan hasilnya, walau tawa terus membahana tapi ekspresi menggambarkan wajah-wajah menderita hahaha.

T2, udah mengap-mengap kayak ikan mujair. Icha, yang ikut nyoba sushi pesananku, matanya hampir loncat keluar. Neng yanti yang pada awalnya ketawa-ketawa karena Sushinya agak sedikit aman pada akhirnya berusaha menutup mata dan telinga untuk menghabiskan semuanya. Aku sendiri, ngak beda jauh ekspresinya, hahaha. Berusaha tegar untuk menghabiskan Salmon mentahnya.

Sebenernya aku kira Sushinya udah ala Indonesia (minimal atasnya dibakar dikit kayak sushi di daerah Dago gitu). Eh ternyata Jepang betulan. Untunglah ada ramen pesanan Icha, yang menyelamatkan semuanya. Tapi syukurlah meskipun wajah-wajahnya menunjukan penderitaan (persis kayak acara Fear factor) semuanya tetap bahagia dan ceria. Walaupun pada akhirnya, Neng Yanti mesti membuang semua usaha dan kerja kerasnya (kualat sih, ngerasa diri paling selamat) tapi akhirnya dia yang Jebol menuju toilet hahaha.

Tak akan terlupakan TITIK

angka 22


Mengingatkan saya, bahwasannya jatah usia telah terus berkurang. Banyak hal yang harus terus diperbaiki. Banyak hal yang harus ditafakuri. Banyak hal yang harus ditambah dan dikurangi. Kesemuanya itu demi menggapai tujuan hidup yang telah jelas terpatri di dalam hati.

Tiba-tiba saya ingat Obrolan di Black Romantic, sekitar 2 minggu yang lalu. Mereka bilang “Aku ngak bakalan lupa sama bunda, soalnya tak ada orang sejaim, sesinis dan sekejam bunda” kata Neng Yanti, dan Icha pun mengaminkan. Mhm, separah itukah diriku??? Dalam hal apa mereka memandang semua itu, Yang jelas merekalah orang-orang terdekatku setelah keluarga. Sehingga apapun yang mereka katakan, itulah diriku apa adanya.

Dan tepat di tanggal 4 Oktober 2010 jam 10 lewat, aku tahu separah itulah aku. Tragedi Bis menuju Bandung itu telah menunjukan, betapa uang bagiku bukan masalah. Tapi harga diri dan prinsip yang membuatku tak mau mengalah. Aku lebih memilih uang tiketku melayang, dari pada harus pindah ke bis yang non AC.

Bukannya saya ngak bisa naik yang non AC, tapi masalahnya di ticket dan harganya emang harus bis AC. Seenaknya saja mereka memindahkannya ke bis yang non AC. Saya lebih memilih bis lain, meskipun harus membeli ulang tiket dan membuat semua orang disana melihatku dengan tatapan aneh dan heran. Separah itulah diriku, mempertahankan idealisme?? Entahlah.

Saya pun jadi teringat, di masa lalu, seseorang pernah memanggilku nenek sihir. Mungkin Dia benar, tapi meskipun saya nenek sihir, saya bukanlah orang yang akan tega meracuni apelnya Cinderella. Saya ngak bakal tega mengutuk Putri Tidur, dan tak akan selicik Ratu Merah untuk meraih kekuasan.

Saya berusaha mempertahankan apa yang benar menurut hati, meskipun nampak bodoh dan totol dimata orang lain. Diri ini memang tak sebaik Ratu Putih, tapi saya tak sejahat Ratu Merah. Hanya saja, mungkin orang lain nampak berbeda ketika melihat diri ini. Saya berusaha menjadi sosok yang apa adanya, meski orang lain berpendapat kebalikannya. Saya akan terus berusaha menjadi orang baik, meski orang lain belum paham dengan apa yang saya maksud.

Jazaakumullah khairan Katsiiran, untuk semua doa-doa yang terucap dan terungkap. Jazaakumullah khairan Katsiiran, untuk semua yang bersabar atas semua sikap yang kurang pantas saya lalukan. Jazaakumullah khairan Katsiiran, untuk semua yang bisa menerima saya apa adanya. Dan saya pun berjanji pada diri, akan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.