RSS

Pernik Ramadhan Penuh Berkah


Allah megajarkan kita untuk bersyukur, satu kata yang jauh lebih luas maknanya daripada terimakasih. Dengan mengucapkan “Alhamdulillaah”, atas nikmat-nikmat yang jauh lebih banyak dikaruniakan daripada ujian dan cobaan. Dengan mengucap “Alhamdulillaah”, kita tapaki selangkah rasa menuju syukur.

Minggu menjelang Ramadhan. “Baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khair” Untuk Akh Yari, staf kementrian ekonomi di PERMADANI, ternyata ibu mentrinya lebih dulu tersalip oleh stafnya he,,he,,. Dan untuk sahabatku tercinta Syifa Rahmah, ternyata penantian panjang ini berakhir barakah. Membersamai kalian berdua adalah sebuah nikmat yang selalu menakjubkan. Afwan, tidak bisa hadir.

Hari pertama Ramadhan, Maka pada nikmat Allah yang menyambangi kita melalui manusia tak cukup rasanya berucap “syukran”, kecuali dengan menghayati doa “Jazaakumullaahu Khairan katsiiran” kepada para dosen pembimbing yang sudah membuat saya lega. Meski perjalanannya masih panjang, ini semua adalah awal yang baik.

Hari ketiga Ramadhan. Syukur kupanjatkan padamu ya Allah! “Alhamdulillah”, atas nikmat kesembuhan dan kesehatan yang kau limpahkan kepada keponakan tercinta. Perjalanan panjang selama hampir dua bulan di tiga rumah sakit, dua kali pembedahan dan dua puluh satu hari di ICU menjadikan semua ini menjadi perjalan indah tatkala samudera hikmahlah yang ditemui diakhirnya.

“Jazaakumullaahu khairan katsiiran”, doa ini untuk persaudaraan yang tulus, Icha, Yanti dan dirimu kawan !yang tak bisa kesebut namamu, satu persatu. Semoga kubersamai engkau semua selalu dalam perniagaan surga Allah.

“ Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Mari kita gapai Ramadhan terindah di hidup kita, bersama orang-orang yang kita kasihi. Ibunda tercinta, Ayahanda tercinta! Aku mencintai kalian, seperti aku mencintai surga.

Arai di Hidupku


Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja, yang menemanimu sebelum cahaya?

Kawan, apakah kau miliki sosok Arai dihidupmu? Ingatkah kebaikan-kebaikan yang Arai tebarkan untuk Ikal di Sang Pemimpi? Dia, orang yang lebih mendahulukan Ikal dibanding dirinya sendiri. Dia orang yang mau memberikan apa pun yang ia miliki untuk dibagi bersama Ikal.

Adalah adik sepupuku yang memiliki hati sebaik Arai bahkan mungkin lebih. Hati yang penuh kasih dan cinta untuk ia bagikan kepadaku. Usianya setahun lebih muda dibandingkan denganku. Boleh dibilang kami dibesarkan bersama, walau jarak rumah kami berjauhan. Sejak kecil Ia tinggal di rumah nenek karena orang tuanya bercerai.

Yang paling kuingat saat itu, saat masih SMP. Ia selalu menjemputku, Kawan!!. Dengan jahatnya kadang aku tak pernah menyapanya. MasyaAllah, tapi Ia tak pernah marah padaku. Dengan senyum cerianya ia mengekor di belakangku. Meski aku memasang muka masam di depannya.

Waktu pun berlalu, sampai saatnya aku masuk SMA yang berbeda kota dengan-nya. Ia pun tak pernah bosan mengirim kabar kepadaku. Bercerita tentang Aktor dan Aktris Korea favoritnya, tentang Kerbau yang sangat kutakuti, guru-guru yang menyayangiku, bahkan sering menyangka diri-nya adalah diri-ku, tentang cita-citanya yang ingin jadi penulis dan segudang mimpi dan harapannya.

Saat ia memasuki masa kuliah, saat ia mengikuti SPMB, saat itulah aku merasa aku baru jadi orang berguna baginya. Karena, akulah yang mengantarnya kesana-kemari. Akh.. tetap saja ia selalu ceria walau ia tak masuk Sastra. Dia tembus Fisika, kuakui otaknya jauh lebih encer dibanding aku. Tapi, rencanya Allah lain. Semuanya terasa sia-sia saat keluarga berselisih faham tentang kuliahnya. Aku menangis sejadi-jadinya, tapi ia hanya tersenyum. Sudahlah.

Dua tahun berlalu, saat kutemui kembali Araiku. Ia masih seperti dulu. Senyumannya yang khas, menegaskan bahwa Dia tak pernah mengubur mimpi-mimpinya. Dan tak akan pernah menyerah dengan hidupnya. Lalu,, apa yang bisa aku lakukan untukmu, Araiku!!