RSS

Lelaki Yang Tak Pernah Mencaci Keledai

Lelaki itu heran. Dilihatnya orang-orang berbincang tentang banyak hal. Tetapi selalu saja sumber perbincangannya berasal dari sesososk oarang khusus. Abu juray, lelaki yang heran itu terus mencari tahu. Siapakah geranganan sosok khusus itu. Tak ada pembicaraan orang, kecuali bersumber dari sosok itu.
“Siapa sososk itu?” tanyanya pada orang-orang.
“ Dia Rosulullah.” jawab mereka.
“Alaikasalam ya rasulullah.” gumamnya.
“Hei jangan berkata alaikasalam, tapi katakanlah Assalamualaikum. Sebab alaikasalam itu ucapan untuk orang yang mati.” jawab orang-orang.
Setelah bertemu Rasulullah saw, Abu juray bertanya, “engkau Rasulullah?.”
Rsaulullah Menjawab, “Aku adalah Rasul utusan Allah, Dzat yang apabila kamu terkena kesulitan, lalu kamu berdoa kepadanya, nisacaya ia akan melepaskan kesulitan itu darimu dari kamu.”
Hari itu abu juray belajar tentang Allah SWT. Tentang betapa Maha pengasih dan penyayangnya Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tampaknya ia telah mendapatkan jawaban atas penasarannya. Abu juray kemudian meminta nasihat khusus kepada Rasulullah.
“Nasehati aku dengan nasehat yang mengikat.”Pintanya pada Rasulullah.
“ Janganlah kamu mencaci seorang pun. Janganlah kamu menghina sebentuk kebajikan apapun. Bicaramu dengan sesama saudaramu dalam keadaan wajahmu yang cerah, sungguh itu adalah sebuah kebajikan. Tinggikan kainmu dan jangan kau juntaikan, karena itu bagian dari kesombongan. Dan jika seseorang menghina kamu dan mencaci kamu dengan suatu yang dia tahu bahwa itu memang ada pada dirimu, janganlah kamu membalas menghina dan mencacinya dengan sesuatu yang kamu tahu itu ada pada dirinya. Biarkan kesudahannyya kembali pada dirinya. Dan bagimu pahalanya. Dan, jangan mencaci apapun.”
Hari-hari sesudah itu, bagi lelaki itu, adalah iman, pencerahan, jalan lurus, menunaikan janji yang diminta dari Rasulullah saw dan perjungan mempertakankan konsistensi. Abu juray benar-benar mengambil jalan hidupnya yang tercerahkan. Ia menuturkan, “sungguh, sesudah itu aku tidak pernah menghina dan mencaci seorang pun, budak maupun orang merdeka, tidak pula aku pernah mencaci keledai maupun domba.”
Dilain waktu ia berkata, “sungguh, sesudah itu aku tidak pernah mencaci orang atau binatang.”
Abu Juray telah mengambil sisi besar dalam keputusan hidupnya. Ini bukan sekedar selera pribadi, atau pilihan suka-suka. Siapa pun yang sadar, bahwa tidak sepantasnya ia menjadi penyebab hidup orang lain pedih dan getir, adalah salah satu bara diantara berjuta bara api yang bisa membakar kehidupan kemanusiaan.
Ini semua pilihan keterhormatan. Sekumpulan nilai-nilai dalam rasa keberartian kita bagi diri sendiri dan sesama. Sulit. Memang. Tapi menyuburkan keluhuran jiwa dan memperkaya kebaikan hati, selalu menghadapi godaannya yang paling besar: diri sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar