Itu adalah kata-kata kangjeng Mamih sebulan yang lalu.
Tentunya ada penyebab-penyebab yang mengiringi, sebelum kata-kata tersebut
terucap. Saya adalah termasuk orang yang suka menuliskan rencana lumayan rinci
untuk hal-hal tertentu. Juga sangat rajin mengkomunikasikan apa yang menjadi
harapan, cita-cita dan rencana hidup kepada orang-orang terdekat terutama
keluarga.
Yaa…. termasuk yang satu itu. Saya sendiri lupa sejak kapan
awal mula menyebut akhir bulan 2012 yaitu bulan Nopember or Desember sebagai bagian
dari waktu penting dalam rencana hidup saya
Singkat kata singkat cerita, ternyata planing akhir tahun
tertunda sampai waktu yang belum ditentukan. Ada banyak faktor yang menurut
teori mempengaruhi ke tidak berjalanan rencana kegiatan tersebut. Diantaranya; Faktor
SDM yang pindah ke lain hati, faktor sarana prasarana, mental, spiritual,
nominal eeehh dll. Tapi yang terpenting dari semuanya adalah Allah swt belum
mengijinkan.
Kembali ke judul, tanpa di kira tanpa di duga, saat sedang
membahas mau beli kado apa untuk hadiah pernikahan sahabat sewaktu SD. Tiba-tiba
kangjeng Mamih berucap seperti yang tertera di judul tulisan ini. “Jangan Tahun
ini Mamah Lagi Riweuh”
Saat itu Cukup Ekspresi 2-2-7 yang bisa saya berikan. Owh…
No! sudah di PHK secara sepihak, eh pesangonnya malah di KREDIT. Seperti lagunya
Bondan (Yaa Sudaaaaaaaah Lah)
Note:
CURHAT tambahan:
Ternyata perubahan skenario yang mendadak dan tiba-tiba itu
bukan hanya mengecewakan tapi melukai. Tak tergambar bagaimana pedihnya,
sampai-sampai tak satupun air mata tertetes. Merasakan selama satu minggu
terjaga itu menakutkan. Dan setelah mata bisa terpejam pun, masih ada
mimpi-mimpi buruk yang membayangi.
Guncangan hidup, bahkan tragedi, tentu ingin kita hindari,
sebisa kita. Namun, ada kalanya ia tetap datang. Tinggal bagaimana kita
menempatkan diri, setelah periode yang berat itu. Alangkah bermaknanya, bila
semua pada akhirnya mendewasakan kita. Meski duka tak bisa sama sekali sirna,
tapi kita menjadikannya sebagai energi.
Berani menjadi dewasa adalah suatu pilihan. Sesulit apapun
situasinya, kita harus tetap dapat mengajak diri kita untuk meraih tahapan
kedewasaan. Mencapai tahap kedewasaan ini amat bermakna. Maka, semestinya kita
berani menggapai fase kedewasaan tersebut, yang tidak dinilai dari faktor usia
semata, namun kemampuan kita untuk mengkaji segalanya dari kaca mata
semestinya. Kaca mata manusia yang berusaha mencapai kematangan pola pikir dan
rasa.
Kawan! siapa pun kita, sudah punya takdir masing-masing. So,
Lets MOVE ONN…
0 komentar:
Posting Komentar