Blog ini berisi ungkapan-ungkapan hati yang mungkin tidak pernah tersampaikan. Dimana, Sahabat-Sahabat semua yang belum kenal, bisa tahu siapa saya sebenarnya. Namun yang terpenting, saya adalah seorang hamba Allah yang tengah terus berupaya memperbaiki diri. Semoga dengan adanya blog ini kita semua bisa berbagi ilmu & hikmah.
Siapa yang pernah menonton 3 idiots? Banyak. Siapa
yang suka film itu? Banyak yg suka. Tetapi siapa yg sebenarnya mengambil
pelajaran paling cemerlang dari film itu? Entahlah, siapa yg mengambil manfaatnya.
Ada ibu-ibu dengan anak gadis yang siap menikah.
Menonton 3 idiots, ibu-ibu ini sampai menangis. Tapi saat anaknya bilang mau
menikah, dan hanya akan jadi ibu rumah tangga saja, ibu-ibu langsung bergegas
bilang, "nggak boleh. enak saja sy sekolahkan tinggi2, hanya untuk jadi
ibu rumah tangga!" Lihatlah, jawaban itu menunjukkan sama sekali tidak
berbekas pemahaman yang datang dari film barusan ditontonnya.
Kita ini sekolah tinggi2 buat apa sih? Buat nyari
pekerjaan keren? Buat jadi pegawai? PNS? Buat nyari rezeki? Keliru kalau
jawabannya iya. Saya membuka kitab-kitab, membaca buku-buku tua, menelusuri
kesemua hal, tidak ada satupun nasehat yang bilang: sekolahlah tinggi2, agar
besok bisa jadi pejabat, kaya raya, dan berbagai ukuran duniawi lainnya, dsbgnya,
dsbgnya. Apalagi kalau membuka kitab yg tidak penah keliru: Al Qur'an, juga
merujuk nasehat yg tidak akan salah: riwayat Rasul, seruan untuk belajar, tidak
ada rumusnya dengan ukuran duniawi.
Kita disuruh belajar, mencari ilmu (dalam dunia yg
sangat modern ini ukurannya adalah SD, SMP, SMA, S1, S2, S3, S4, S5 dstnya),
murni agar kita banyak tahu, asli agar kita paham banyak hal, dan ilmu itu
b-e-r-m-a-n-f-a-a-t bagi kehidupan kita sehari2. Seorang istri yang S3, tidak
ada masalah sama sekali tetap menjadi ibu rumah tangga, dan ilmunya bisa
bermanfaat utk keluarganya. Ilmunya bisa bermanfaat buat tetangga, sekitar,
aktivitas apa saja yg bisa dia lakukan, terlepas mau bekerja di
perusahaan/pemerintah atau hanya bekerja di rumah.
Itu benar, saya tidak akan membantahnya, memang ada
korelasi kuat antara berpendidikan dengan masa depan cerah, tapi definisi 'masa
depan cerah' itu bukan s-e-m-a-t-a-2 ukuran duniawi yang membuat proses belajar
selama ini jadi kosong. Bukan hanya itu.
Maka, kembali ke film 3 idiots tadi, bukankah Rancho
hanya belajar dan belajar. Dia senang belajar, dia senang mencari ilmu. Titik.
Sisanya, serahkan pada nasib. Dia tidak peduli gelar, dia tidak peduli mau
bekerja jadi apa, dia tidak peduli. Bahkan saat dia harus menyingkir dari 'kehidupan',
pergi menjauh dari gemerlap banyak hal, justeru kehidupan dan gemerlapnya dunia
yang datang kepadanya. Sementara Silencer, teman kuliahnya dulu yg selalu sibuk
berhitung atas duniawinya, merasa sudah memenangkan segalanya, ternyata kosong
saja, dia hanyalah orang yg amat tergantung nasibnya dgn orang lain. Takut
dipecat kerja, tergantung nafkahnya dari orang lain, dan diperbudak oleh
materi. Sejatinya Silencer hanya orang 'suruhan', terutama suruhan ambisi dan
nafsu duniawi--meskipun direktur sekalipun posisinya.
Aduh, bukankah rumus ini banyak terjadi di sekitar
kita? Ada banyak teladan yg memilih sibuk belajar, belajar, bekerja, bekerja,
terus menjadi yg terbaik, mau jadi apapun dia, bahkan sekadar ibu rumah tangga,
hidupnya t-e-r-n-y-a-t-a tetap spesial, bermanfaat bagi banyak orang.
Sebaliknya, buanyaaak sekali, yg sibuk menghitung nilai raport, menghitung
sekolah sy elit, keren, saya sudah S2, S3, situ apa sih? sy sekolah di kampus
ngetop, situ dimana sih? Ternyata tidak pernah lepas dari kungkungan hidupnya,
meskipun boleh jadi secara kasat mata sukses menurut ukuran dunia saat ini. Demikianlah.
diindonesia smuanya aneh, apa lg dgn sistem pernikahan diatas,. rasanya kaya anak sapi yg dberi makan bnyak" biar cpet gede,lalu akhirnya daembelih buat dimakan.. ya kurang lebihnya sperti itu.. miris memang.. jadi pngen nangis gw... punya tisue kgak mbak?? hehe..
1 komentar:
diindonesia smuanya aneh,
apa lg dgn sistem pernikahan diatas,.
rasanya kaya anak sapi yg dberi makan bnyak" biar cpet gede,lalu akhirnya daembelih buat dimakan..
ya kurang lebihnya sperti itu..
miris memang..
jadi pngen nangis gw...
punya tisue kgak mbak??
hehe..
salam kenal ya..:)
(mav jika krg sopan)
Posting Komentar