RSS

Menjadi Kyoiku mama


"dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."  
 (QS. Al-Ahzab:33)

Saya sangat mengagumi Ayat ini. Sepemahaman saya, ayat ini adalah ayat yang di khususkan untuk wanita, supaya syurganya terjaga. Mengapa demikian? seperti yang kita tahu jihadnya wanita yang utama adalah di dalam rumahnya, Sebagai istri, sebagai ibu bagi anak-anaknya, peran di masyarakat dan negara bila mempunyai keahlian namun dengan batasan-batasan yang telah disyariatkan dan tentunya setelah kewajibannya sebagai ibu rumah tangga terpenuhi.

Photo _keluarga IGo Nagoya_


Berikut beberapa artikel tentang Ibu Rumah tangga di Jepang:

Di Jepang ada namanya “kyoiku mama” (ibu pendidikan) para ibu di Jepang rata-rata tidak bekerja, tapi hanya untuk mendidik dan mengurusi anak2 mereka mulai bangun, berangkat pulang sekolah, kursus, les, sampai tidur lagi, semuanya di bawah didikan sang ibu. 

Para kyoiku mama ini menanamkan kesopanan, kebersihan pada anak mereka, rata2 mereka lulusan S1/S2. Mereka sekolah tinggi bukan untuk berkarier tapi “mendidik anak” itulah karier mereka yang tertinggi. 

Dan kemajuan ekonomi Jepang adalah karena ditopang oleh kyoiku mama ini makanya tidak heran kalau orang Jepang itu disiplin, etos kerja tinggi, menjaga kebersihan itu semua hasil didikan para kyoiku mama, sehingga sekolah hanya untuk menstransfer ilmu saja. 

Sementara “Ryousai kenbo” adalah slogan yang kembali digalakkan pemerintah Jepang, istilah ini muncul di jaman restorasi Meiji dan banyak dianut keluarga Jepang untuk mewujudkan keluarga harmonis ideal. 

Ryousai: istri yg baik 
Kenbo: ibu yang bijaksana 

Intinya menyerukan bahwa wanita peran terhormat sebagai istri yang baik dan bijaksana, pembagian peran alami sesuai fitrah antara perempuan dan laki laki. 

Peran perempuan sebagai menteri dalam negeri dan motivator domestik rumah tangganya dan peran lelaki jadi menteri luar negri keluarganya sebagai motivator logistik dan publik. 

Di Jepang peran ini kembali digalakkan karena sekarang perempuan memilih melajang menjadi wanita karier sehingga presentasi pertumbuhan penduduk muda usia produktif di negara mereka menurun. 

Tentu saja kasus kekerasan remaja dan bunuh diri di Jepang pada usia sekolah terus bertambah karena tidak terpenuhinya kualitas hubungan ibu dan anak yang menunjang pertumbuhan emosi anak. 

Jadi wajar pemerintahan Jepang sangat memberi tempat terhormat pada peranan ibu rumah tangga yang berkualitas, karena kemajuan bangsanya kelak pun tetap ditopang oleh kualitas ibu-ibu rumah tangganya sebagai pembentuk kualitas karakteranak anak mereka. 

Sungguh luar biasa, “ibu rumah tangga adalah profesi idaman” di Jepang. Bagaimana dg kita?

Sumber: Majalah Ummi 



-Mandirinya Ibu-Ibu di Jepang---

 
Hari ini tepat seminggu saya berada di Chiba, Jepang.

Selama seminggu, hal yang paling menarik perhatian saya adalah tentang kemandirian yang dimiliki oleh ibu-ibu di sini.

Sebagai pengantar, sangat jarang keluarga yang memiliki asisten rumah tangga, seperti layaknya keluarga di Jakarta, sehingga semua urusan rumah tangga ya dikerjakan oleh si ibu. Dari mulai beres-beres rumah, belanja kebutuhan rumah tangga, mengurus kebutuhan anak seharian termasuk mengantar jemput si anak ke sekolah. Yang lebih serunya lagi, di sini sangat sulit mendapatkan surat izin mengemudi, ditambah mahalnya harga mobil dan harga parkir, sehingga ibu-ibu di sini lebih memilih sepeda sebagai kendaraan sehari-hari.

Sepeda yang umum dipakai oleh ibu-ibu disebut mamachari. Sepeda ini umumnya harganya sedikit lebih mahal dari sepeda biasa karena konstruksinya memang dibuat untuk mampu membawa 2 anak, di boncengan belakang dan boncengan depan.

Jadi pemandangan seperti ini sudah biasa saya temui di jalan-jalan di Chiba.

FYI, tidak semua jalan raya di Chiba ini mendatar atau menurun, banyak juga tanjakan yang lumayan banget lho, kalo harus sambil gowes bawa 2 anak

Ibu dengan 2 anak, biasanya yang besar sudah bisa jalan (walaupun masih balita) dan yang kecil digendong dengan ergo, bisa santai belanja kebutuhan rumah tangga di supermarket. Tidak ada baby sitter dan tidak ada supir untuk membantu memasukkan belanjaan ke mobil.

Selesai belanja, mereka masih harus membungkus dan mengemas belanjaan mereka sendiri, tidak dibantu oleh mas-mas kasir seperti yang kita jumpai di super market di Jakarta Keluar dari supermarket, anak-anak didudukkan ke kursinya, pasangi helm, masukkan plastik belanjaan ke stang sepeda, dan lalu gowes ke rumah.

Jarang sekali saya temui ibu-ibu di sini cemberut dan memarahi anaknya di supermarket, seperti yang sering saya lakukan dulu mereka sungguh santai menjalani perannya sebagai ibu. Tidak ada beban.

Suatu sore saya berkesempatan untuk mengobrol dengan kumpulan ibu-ibu di taman belakang asrama saya, mereka bilang begini:

Di sini tidak semua perempuan dikasih kesempatan jadi ibu, maka kita-kita ini yang sudah diberi anugerah harusnya memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Toh anak-anak kita tidak akan kecil selamanya, embrace the moment. Nanti kalau mereka sudah besar, kita akan sangat rindu dengan tangisan dan teriakan mereka

Ouchhh, tertampar deh dengar perkataannya…

Saya, waktu tinggal di Indonesia termasuk ibu-ibu dengan tingkat kesabaran sangat rendah. Bawaannya spanneng kalo pergi dengan 2 anak ga ajak rombongan ART Tapi di sini, saya disadarkan bahwa menjadi ibu itu sungguh suatu anugerah. Jadi seharusnya saya bersyukur masih bisa punya anak 2 meskipun 2-2nya termasuk yang susah diam Apalagi sekarang saya terpaksa berpisah sementara dengan kedua anak saya.

Jadi untuk ibu-ibu di Jakarta sana, yang masih bisa memandangi buah hatinya saat terlelap, yang masih bisa menyusui anaknya setiap saat, yang masih bisa melihat keaktifan anaknya yang ga mau diam, syukuri itu…

Mereka ga selamanya jadi anak kecil. Dan terutama karena tidak semua perempuan berkesempatan mengalami itu semua. Embrace the moment….

Ada kalimat terakhir yang bikin saya super haru:

bersyukur dengan tulus….
dan ikhlas itu akan datang dengan sendirinya….

Semoga bermanfaat ...
Repost from: mommiesdaily dengan sedikit diedit.
 

0 komentar:

Posting Komentar