RSS

Meluruhkan Kelopak Angkuh


Karena mungkin keindahan adalah bahasa keangkuhan, maka aku memilih tak kan pernah memilikinya. Dan biarkan aku tak pernah lagi menjadi indah, dipandang kasat mata. Dan memang karena indahnya kau menginginkanku, maka kini tak lagi kau kan menginginkanku bukan?

Ya, akulah mawar itu, yang telah meluruhkan kelopak angkuhnya sebelum senja, yang telah memilih mengubah takdir itu, dan maaf, karena kuputuskan tanpa anggukan kepalamu.

Ah, masihkah kau tak mengerti, bahwa bisa saja yang selama ini kau lihat adalah fatamorgana, bahkan mungkin kamuflase yang sengaja dicipta? Masihkah kau ingin menahan, sementara tak ada jaminan apa pun dalam diammu, di hati manusiamu yang katanya terluka adalah sebuah refleksi dari mula niat yang keliru. Dan sepertinya sudah cukup masa itu untukku menjemput takdir lain.

Namun, rupanya tak jua kau mengerti. Ah, kenapa kau harus punguti kelopak itu, kenapa kau membuatku menoleh untuk sekali lagi, kenapa kau menyentuh sisi ibaku? Sementara kakiku tlah melangkah meninggalkan lingkaran hati.

Terimalah dalam kesadaran, bahwa ini yang terbaik, karena selayaknya menyertakanNya pada setiap keputusan hati.

Mahabbah yang terangkai dari kuntum yang salah.

Sebuah nasehat dari Melati yang Memawar

0 komentar:

Posting Komentar