RSS

Ice Cream, “Dalam Dekapan Ukhuwah”


Salman,,,, lagi-lagi Salman. Tempat yang paling happening dan membuat saya nyaman. Namun, bukan berarti saya melupakan tempat yang lain. Apalagi di Bandung ini banyak sekali tempat majelis ilmu yang dapat kita pilih. Ibarat Ice cream yang memiliki berbagai rasa, tapi kecenderungan saya memilih rasa coklat lumayan sedikit dominan. Tapi bukan berarti saya tidak pernah mencoba rasa vanilla, Strawbery, banana dll.

Saat itu tanggal 13maret 2010 mabit Ashabul Quran. Kebetulan narasumbernya adalah Ustad Salim A fillah Dan Ustad Sholihin abu izzudin yang pada malam sebelumnya diculik terlebih dulu untuk mengisi acara. Padahal agenda kedatangan mereka berdua ke Bandung adalah untuk launching buku terbaru mereka di acara “PULPEN” FLP Bandung.

Satu kejutan yang tak terduga ketika saya bertemu dengan dua Murabbi sekaligus. Murabbi saat ini dan sebelumnya. Dengan erat ku peluk Uniku, bagi saya beliau adalah orang yang tak bisa tergantikan oleh siapa pun. Maaf kan aku Tetehku!! Saya memerlukan waktu yang agak lama untuk bisa dekat dan percaya padamu.

Saya tahu, sikap saya memandang hidup ini agak sulit. Sebenarnya saya pribadi pun tidak ingin seperti itu. Saya sangat sulit untuk mempercayai orang, sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang lain, sering terjebak dengan masa lalu, terkadang pesimis dengan masa depan, dan kerumitan-kerumitan yang tidak bisa dijelaskan.

Saya takut, kalau saya termasuk orang yang terluka. Orang yang memelihara telusuk dan merawatnya. Dan nanah akan terus menjalar dari luka nurani ini. Saya tidak ingin menjadi Orang yang akan terus melukai diri sendiri dan orang lain. Saya tidak ingin menjadi seperti Abdullah Bin Ubay Bin Syalul. Saya sangat takut apa yang di bahas Ustad Salim itu adalah bagian dari diri ini.

Astagfirullahal adzim!! Jika benar saya memang orang yang terluka, saya ingin mencabut telusuknya dan membersihkan lukanya. Ya Rabb!! berikanlah kelapangan di dada ini.

Malam itu Tetehku sangat terasa jauh, jauh sekali. Tak ada kesempatan berbincang apalagi berbagi. Aku sibuk dengan Uniku dan dirimu sibuk dengan teman-temanmu. Sampai pagi hari itu tiba, dan kuucapkan salam sambil kupeluknya erat.

“Dede kita baru salaman Ya!! Maaf kemarin teteh Riweh, katanya”

Saya hanya tersenyum dan berjanji pada hati dan diri, “Aku tidak ingin menjadi orang yang terluka”. Dan untuk Tetehku!! Aku masih sangat perlu banyak waktu untuk dapat menjadikanmu bagian dari kepingan mozaik di hidupku.

0 komentar:

Posting Komentar