RSS

Akhwat Kelas DUA


Pernah suatu saat, seorang sahabat mengungkapkan isi hatinya. Sesunguhnya ia sangat ingin menjadi akhwat kelas satu. Akhwat yang memperjuangkan dakwah di garda terdepan. Seorang akhwat yang menghias bingkai dakwah dengan segudang prestasi dan kontribusi.

Mungkin benar Ukhti!! Kita memang akhwat kelas dua. Dalam kerangka dakwah yang besar ini, mungkin kita hanya bagian kecilnya. Kita bukan orang yang tampil di depan dalam menyuarakan dakwah. Kita hanya barisan belakang yang mensuport bagian orang-orang yang berada di depan. Dalam acara kajian, dauroh atau even-even dakwah, mungkin kita hanya seksi konsumsi, seksi gulung tikar atau bahkan hanya seksi tepuk tangan untuk mempropokasi jalannya acara. Tapi bukankah hal kecil itu pun merupakan kontribusi??

Semoga ini hanyalah pergiliran antara barisan depan dan barisan belakang sebagaimana yang diskenariokan Khalid ibn Al Walid dalam perang Mu’tah. Semoga mereka segera kembali ke posnya di atas bukit Uhud, agar tak berguguran manusia-manusia utama yang ada di garis depan. Semoga semua kita bisa lolos dalam penyaringan Allah untuk melihat siapa kadernyayang sungguh-sungguh dan siapa yang bermain-main.

Di antara sepuluh orang yang dijamin masuk surga, terdapat Sa’id ibn Zaid sosok low profile yang namanya nyaris tidak muncul dalam sirah selain dalam kisah keislaman Umar dan kisah sengketa tanahnya dengan seorang wanita tua.

Mereka adalah manusia-manusia biasa yang istiqamah dengan potensi kebaikan yang dimilikinya. Islam tidak menghapus karakter-karakter khas dari pribadi pemeluknya, asal tidak bertentangan dengan aqidah. Justru islam membingkainya menjadi kemuliaan karakter yang menyejarah. Islam memuliakan semua posisi,kalau tidak bisa menjadi karang yang kokoh di lautan. Menjadi rumput yang lembut pun tetap agung nilainya bila tak goyah dipukul ribut.

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang tidak menonjolkan diri, taqwa dan shalih. Apabila tidak hadir mereka tak dicari-cari. Apab ila hadir mereka tak dikenali. Mereka bagaikan lentera-lentera petunjuk yang menerangi setiap kegelapan. (HR. Al-Mundziri dalam At Targhib wat Tarhib, Hasan)

1 komentar:

Egi Arvian F mengatakan...

What a touching nice piece of writing. Many thanks sister :)

Posting Komentar